Perkuad-media.id, BATAM – Kabar duka datang dari Partai Golkar Batam.
Mantan Ketua DPD II Golkar Batam Ruslan Ali Wasyim (52) meninggal dunia.
Pria yang juga Wakil Ketua DPRD Batam itu tutup usia Selasa (19/10/2021) malam di RSBP Batam karena sakit jantung.
Meninggalnya Ruslan Ali Wasyim meninggalkan duka mendalam bagi orang-orang dekatnya. Termasuk rekan-rekannya di DPRD Batam dan Partai Golkar.
Diketahui, di kancah politik di Batam nama Ruslan cukup dikenal masyarakat.
Ia sudah tiga periode menjadi wakil rakyat di DPRD Batam.
Karier politiknya dimulai dari nol. Mulai dari partisan, menjadi anggota hingga menjadi ketua Partai Golkar Batam.
Di DPRD Batam pun begitu. Ia mulai sebagai anggota, terakhir ia menjabat Wakil Ketua II DPRD Batam.
Dari usianya muda, pria kelahiran 7 Juli 1969 itu sudah menjadi sosok yang mandiri dan terbiasa bekerja keras.
Pasalnya sejak kecil Ruslan sudah jauh dari orangtuanya. Saat masih duduk di Sekolah Dasar, Ruslan tak lagi tinggal bersama orang tua.
Maklum saja, saat itu sekira tahun 1975, sekolah dasar baru ada di kawasan Sekupang. Sementara keluarga Ruslan tinggal di kawasan Batu Besar, Nongsa.
Saat SD, ia tinggal bersama sang paman dan jarang pulang ke Batu Besar lantaran transportasi dan komunikasi saat itu masih sulit.
Setelah tamat SD, pada tahun 1982, Ruslan bersekolah di SMP Tanjung Uban.
Saat sekolah SMP 1 Tanjunguban itu lah Ruslan juga mengenal kehidupan keras di pasar.
Masuk STM
Setelah tamat SMP, Ruslan kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke jenjang SMA. Pilihannya SMA 1 Tanjungpinang di tahun 1985.
Namun orang tuanya meminta Ruslan pindah sekolah ke SMK 1 Batam, yang saat itu jadi SMK pertama dibuka.
Namun tak lama setelah itu, Ruslan pindah ke SMA Kartini Batam. Akhirnya tahun 1988 Ruslan tamat di SMA Kartini.
Setelah tamat SMA, banyak teman-teman Ruslan memilih merantau ke Jakarta, Jogja dan lainnya, namun tidak dengan Ruslan. Ia memilih bekerja di Batam demi adik-adiknya yang masih butuh biaya sekolah.
Padahal ia menyebut ingin sekali sekolah di Fakultas Ilmus Sosial dan Politik. Apalagi sejak kecil sudah akrab dengan politik.
Ruslan memendam keinginannya itu. Ia mencari kerja di Batam. Ia pun diterima di Pertamina Tongkang.
Selain itu, ia juga mencari tambahan penghasilan dari menjadi sopir taksi pelabuhan. Di sana kehidupannya semakin ditempa. Pergaulannya bersama sopir-sopir.
Ruslan juga pernah ikut menjadi perekrut tenaga kerja untuk di Malaysia. Melalui jasa pengerah tenaga kerja milik saudara, ia merekrut orang-orang untuk bekerja di Malaysia.
Tidak cukup lama setelah itu Ruslan pindah lagi ke sebuah perusahaan PT Batam Mas Megah di Batam. Ia mendapat kontrak enam bulan.
Setelah cukup uang, ia berniat melanjutkan cita-citanya yang terpendam. Tapi kali ini ia nyasar ke Akademi Manajemen Perusahaan di Yogyakarta pada tahun 1993. Tiga tahun kemudian Ruslan meraih gelar Diploma tiga (D3).
Setelah itu 1997 ia kembali ke Kota Batam. Ketika itulah pemilu singkat berlangsung pada tahun 1999.
Di saat itu ia memutuskan masuk Partai Golongan Karya (Golkar). Ia berkecimpung di dunia politik. Tidak hanya itu ketika itu Ruslan juga aktif beberapa organisasi.
Pendiri Perpat
Bersama beberapa kawannya Hasannudin, Saparuddin, Sastra dan Jupri, Ruslan juga sebagai salah satu pendiri organisasi masyarakat Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Kota Batam.
Pergerakan Perpat cukup dikenal. Terutama membela hak-hak masyarakat Melayu yang terpinggirkan.
Perpat Kota Batam pernah menurunkan massa yang besar memprotes mengenai sejarah terbentuknya Batam ke BP Batam kala itu bernama Otorita Batam.
“Ada sejarah menyebutkan Batam itu dahulunya adalah hutan dan yang ada hanya monyet dan ular,” ujar Ruslan.
Seiring berjalan waktu sampai 2004 Ruslan terus menjalani proses dengan ikut organisasi kepemudaan. Pada tahun 2004 itu juga ia mendaftarkan diri pemilu legislatif.
Ketika itu masih pakai nomor urut. Suara yang ia peroleh banyak. Tetapi nomor urut keliru. Golkar ketika itu mendapat dua kursi, sedangkan ia berada nomor urut tiga.
Tak pantang menyerah, pada tahun 2009 Ruslan mencoba lagi. Pada percobaan kedua ini Ruslan berhasil duduk di bangku DPRD Kota Batam.
Tidak hanya itu pada Musyawarah Daerah Golkar Tahun 2016 ia dipilih menjadi Ketua Golkar Kota Batam sampai 2021. Ia juga menjadi Wakil Ketua KNPI, Gema Kosgoro dan KONI.
Ruslan menyadari semua yang ia lalui penuh dengan perjuangan dan kerja keras. Terutama dalam dunia politik. Baginya, politik salah satu disiplin ilmu selain itu politik adalah seni.
Ia menyadari memang politik adalah kekuasaan, tetapi tidak semata-mata semuanya kekuasaan.
Hobi Main Bola
Wakil Ketua II DPRD Batam, Ruslan Ali Wasyim juga hobi main bola.
“Dulu, kalau musim kompetisi tiba, saya paling dicari sama bos-bos,” kenang Ruslan mengawali ceritanya bersama dilansir Tribun Batam, Rabu (3/2/2021).
Awal karirnya dimulai sekira tahun 1987. Saat itu Ruslan memulainya sebagai pemain antar kampung (tarkam).
Minimnya akses untuk menjadi seorang pesepakbola profesional kala itu, merupakan kendala utama dirinya serta rekan-rekan satu angkatan.
“Zaman dulu yang penting main. Tak seperti sekarang, yang aksesnya sudah luas,” katanya lagi.
Sebagai pemain tarkam, beberapa tim pernah dibelanya. Salah satu tim paling berkesan baginya adalah PS. Batubesar.
Sebab, di tim ini, Ruslan pernah berkesempatan menjelajahi berbagai pulau hanya untuk bermain sepak bola. Mulai dari Pulau Sambu, Pulau Air Raja hingga Tanjunguban.
Pada masa itu, akses transportasi laut masih menjadi primadona di Batam maupun Provinsi Kepri.
“Saya mulai aktif main itu umur 16 tahun. Biasanya cuma dikasih uang jajan sama manager sekira Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Zaman itu, nominal segitu sudah besar. Soal bayaran tak terlalu ambil pusing,” tambah dia.
Berpostur tinggi besar, Ruslan selalu dipercaya untuk mengawal barisan pertahanan oleh pelatihnya dulu. Sebab, keberadaannya membuat penjaga gawang merasa nyaman.
Tidak hanya dari segi fisik saja, kemampuan Ruslan untuk mengambil tendangan bebas (free kick) pun menjadi nilai tambah baginya untuk terus bermain sebagai pemain reguler di tim.
Untuk mempertahankan staminanya, Ruslan muda tak segan-segan untuk melakukan latihan fisik secara mandiri. Seperti berlari dengan mengikatkan ban di kakinya hingga berbagai latihan keras lainnya.
Menurutnya, model latihan itu hanya mengandalkan ‘bakat alam’.
“Postur saya besar, jadi pelatih minta saya jadi stopper. Kalau duel sama lawan, saya menang terus. Apalagi kalau duel udara,” paparnya sembari tertawa mengingat masa mudanya dulu.
Pemain Timnas Indonesia seperti Marzuki Nyak Mad, Heri Kiswanto, dan Aji Santoso adalah sosok yang menginspirasinya untuk terus bermain sepak bola. Selain ketiga pemain Timnas itu, Ruslan juga mengidolakan pemain-pemain di Benua Eropa seperti Franco Baresi, Paolo Maldini, Juergen Kohler, Lothar Matthaus, dan Marco Van Basten.
Selama bermain sebagai pemain tarkam, kedua orang tuanya menjadi sosok yang paling mendukung. Ayahnya, Ali Wasyim, sampai pernah menghadiahi sepatu merek Adidas Lapalata.
Padahal, harga sepatu tersebut cukup mahal di masa itu.
Sedangkan almarhumah ibunya, walau kerap marah akibat Ruslan tak pernah kenal waktu saat main sepak bola, namun dia menjadi pendukung paling keras untuk memberinya semangat selama bermain di stadion.
“Saya ingat betul, almarhumah ibu itu pernah menyembunyikan sepatu saya kalau lagi musim kompetisi. Ibu itu penonton paling setia. Kalau saya main, dia yang berteriak paling keras,” ujar Ruslan lirih.
Ia ingat betul kenangan tentang sosok ibunya itu walau telah lama pergi menghadap Yang Maha Kuasa.
Karier sepak bolanya sebagai pemain tarkam pun terhenti sejak keikutsertaannya di dunia perpolitikan Batam. Di situ, Ruslan mampu menjadi perwakilan masyarakat Nongsa yang notabene tanah kelahirannya sendiri.
Kini, pemain tarkam bernama Ruslan itu dapat membuktikan jika hasil tak akan mengkhianati kerja kerasnya di masa muda.
Selain Wakil Ketua II DPRD Batam, ia juga dipercaya menjadi Wakil Ketua KONI Batam dan berkesempatan untuk memimpin organisasi olahraga yang paling dicintainya sebagai Ketua PSSI Batam.
“Anak muda tak boleh berhenti berusaha. Yakin jika semuanya akan ada hasilnya selama tak kenal kata menyerah,” tutupnya.
Sumber: (Tribun Batam id./Batamnews)
Editor : Lius Beda Kian