Perkuad-media id, BATAM – Sanggar Seni Wansendari Kota Batam keluar sebagai juara satu pada kategori lomba video kesenian Tari Daerah Islami Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Regional Sumatera yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI). Pengumuman perlombaan dilaksanakan secara virtual pada Minggu, (15/8/2021) kemarin.
Wansendari mengunakan tiga lokasi objek wisata yang menjadi latar menari, yakni Museum Batam Raja Ali Haji yakni museum yang dibuka (soft opening) bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Batam (HJB) ke-191 tahun, Jumat (18/12). Soft opening itu ditandai dengan pembukaan tirai yang menutupi sketsa wajah Raja Isa bin Raja Ali atau Nong Isa, oleh Wali Kota Batam, Muhammad Rudi. Museum ini termasuk wisata sejarah dimana koleksinya menampilkan sejarah peradaban Batam mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga sampai masa infrastruktur saat ini.
Lalu Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah salah satu wisata religi yang ada di Kota Batam. Masjid ini yang terletak di Kecamatan Batu Aji ini merupakan masjid terbesar di Sumatera. Masjid bernuansa Melayu dan arab ini memiliki luas kurang lebih 4 hektare dan dapat menampung sebanyak 25.000 jamaah. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 2017 dan diresmikan pada 20 September 2019. Dan Rumah Potong Limas yakni rumah adat khas Melayu. Rumah tersebut berlokasi di Kecamatan Nongsa.
Pemilik Wansendari Kota Batam, Nandar mengatakan alasannya memilih objek wisata di Kota Batam yakni lokasinya sesuai dengan tema tari yang dilombakan sekaligus ingin mempromosikan tempat wisata yang ada di Kota Batam.
“Lomba yang kami ikuti bentuknya video, jadi kita bisa promosi juga,” ucapnya.
Pada perlombaan ini, Wansendari mengangkat tema berjudul Syariful Anam atau prosesi cukur rambut anak bayi yang berusia 40 hari sampai 2 tahun. Prosesi ini merupakan warisan budaya tak benda dari bumi Melayu.
Pada perlombaan tersebut nandar mengutus lima penari dengan video berdurasi lima menit. Adapun hadiah yang dimenangkan senilai Rp 25 juta.
“Perasaan bangga dan suprise karena tahun ini garapannya tidak seperti tahun lalu, saingannya akademisi. Tetapi berkat ketelatenan penari dan pelatih dalam dua minggu latihan dapat memenangkan lomba ini,” ucapnya.
Ditempat yang sama Dhory juga Pemilik Wansendari Kota Batam mengatakan Lomba Fesyar ini, kali kedua diikuti oleh Wansendari, pada tahun 2020 Wansendari keluar sebagai juara ketiga tingkat regional Sumatera. Ia menambahkan pada perlombaan ini Wansendari menggarap konsep yang mengangkat kearifan lokal dalam konteks kekinian.
“Pada perlombaan itu diikuti peserta usia 15 sampai 22 tahun, dengan harapan anak seusia tersebut dapat mengenal tradisi,” terangnya.
Selain mengenalkan tiga objek wisata, Wansendari juga mengunakan pelamin dan peterakne yang berada di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam sebagai tempat membuat video. Kemudian kostum yang dipakai yakni busana kurung Melayu.
“Konsep tarian kita sesuai dengan tema yang kita angkat, pada Rumah Limas Potong bermakna tempat mempersiapkan acaranya, lalu peterakne tempat acara syukurannya,” terangnya.
Ia mengklaim Kota Batam mengambil tema yang berbeda dari daerah lainnya, yakni mengangkat objek wisata. “Kami (Wansendari) kalau ke negara lain selalu membawa Batam, contohnya ke Australia,” ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengapresiasi atas pencapaian Wansendari sebagai juara satu lomba Fesyer Regional Sumatera.
“Luar biasa, saya sangat senang, saat pandemi ini Wansendari membawa berita membanggakan mendapat juara satu lomba video tari kesenian daerah,” katanya.
Dengan mengangkat objek wisata, prosesi tradisi Melayu, dan busana yang dikemas dalam menjadi sebuah tari, salah satu kegiatan yang sangat positif dan cara yang baik untuk berpromosi di tengah pandemi Covid-19.
Ardi berharap Wansendari sebagai salah satu sanggar binaan Disbudpar Kota Batam terus mempertahankan tradisi dan budaya Melayu. “Jika ada lomba yang mengangkat budaya, ikutilah supaya budaya kita terus dikenal di dalam dan luar negeri,” pintanya. (Mediacenter)