Perkuad-media.id, BATAM- Musa ingens atau Musa ingens NW Simmonds merupakan nama ilmiah dari pohon pisang terbesar di dunia. Tumbuhan ini pertama kali ditemukan di Pegunungan Afrak, Papua Barat, dengan ketinggian 100 sampai 200 meter di atas permukaan laut.
Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, menjelaskan bahwa Musa ingens termasuk dalam tanaman yang sudah ada sejak masa prasejarah. “Pisang, tebu dan keladi merupakan tanaman sejak masa prasejarah di Papua,” ujar dia saat dihubungi Jumat malam, 20 Agustus 2021.
Menurut Hari, pohon pisang yang bisa tumbuh mencapai tinggi 25 hingga 30 meter itu adalah endemik di Pulau Nugini. Untuk kawasan Melanesia dan Pulau Nugini, sebaran jenis ini hanya ada di Papua, meliputi tidak hanya kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak di Manokwari, tapi juga di Kaimana, Teluk Wondama dan Fak-Fak (Cagar Alam Fak-Fak Tengah), juga di Kabupaten Yapen (Cagar Alam Yapen Tengah) dan Kabupaten Tambrauw (Banfot dan Esyom Muara Kali Ehrin).
“Jenis pisang ini bersama pisang tongkat langit sudah didomestikasi manusia sekitar 10.000 tahun yang lalu,” kata Hari.
Pulau Nugini meliputi Papua dan Papua Nugini berada di dekat khatulistiwa dan beriklim tropis. Jenis tanah utama di kawasan dekat khatulistiwa yang selalu basah pada umumnya terbentuk dari tanah berhumus dangkal (laterit) berwarna kuning hingga merah yang sering disebut latosol.
Jenis tanah ini kaya akan besi dan aluminium, serta umumnya mengandung asam dan merupakan tanah yang amat liat dan lengket. “Selain itu, kandungan hara dan zat organiknya biasanya rendah,” tutur dia.
Di wilayah tersebut, arkeolog lulusan Universitas Udayana, Bali itu, menerangkan, tumbuhan berkembang dengan subur sepanjang tahun, dan pohon-pohon hutan hujan lebih besar. Para petani awal di Papua, setidaknya selalu memanen tanaman pangan, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Keladi dan pisang termasuk dalam buah-buahan penting dan dibudidayakan secara lokal, mulai dari dari spesies Eumusa di Indonesia bagian barat hingga Australimusa di Maluku dan Nugini. Pada masa prasejarah di Papua, beberapa spesies pisang, sukun (Artocarpus altilis), tebu, dan ubi telah didomestikasi di Nugini dan Melanesia.
Namun, pisang tongkat langit lebih disukai daripada Musa ingens yang banyak bijinya. Pisang Musa ingens oleh warga Papua hanya dimanfaatkan daunnya untuk atap rumah tinggal sementara di hutan, alas duduk, dan alas makanan. “Sedangkan pelepah untuk menyimpan hasil buruan atau hasil kebun,” ujar dia menambahkan.