Perkuad-media.id, BATAM – Ikatan Keluarga Adonara (IKA) itu gak ada apa-apanya, hanya sebuah paguyuban kecamatan.
Saya menggolongkan kalimat di atas sebagai frasa ajektif. Sebelum saya lanjut, mari ikuti kisah berikut;
Ada pesan by WA dari ketua Ikatan Keluarga Adonara (IKA) untuk meminta agar saya mewakili IKA pada acara pergantian CASIS (Calon Siswa) di polda Kepri pada hari kamis tanggal 21 juli jam 10:30, saya menyetujuinya lantaran selama ini hanya sebatas mendengar dan memantau di group WhatsApp (WA) bahwa Polda Kepri telah kerjasama dengan IKA untuk waktu limat tahun dalam hal seleksi penerimaan SIPSS (Sekolah Inspektor Kepolisian Sumber Sarjana), dimana IKA sebagai pengawas eksternal, kerjasama ini tidak ada kontribusi finansial ke IKA, dasarnya adalah kepercayaan dari sisi peran dan pengaruh sebuah paguyuban secara profesional.
Dengan mengikuti secara langsung, maka saya memahami lebih jauh akan kepercayaan Polda Kepri ke IKA yang luar biasa karena sebelumnya peran pengawas Eksternal ini hanya berlaku satu tahun untuk paguyuban sebelum IKA.
Pada momen yang lain yaitu saat bulan puasa kemarin, saya juga berperan aktif dalam program sembako antara Polda Kepri dan IKA dimana 200 paket sembako ditujukan buat masyarakat Adonara.
Penyaluran lapangan kerja buat beberapa anak muda Adonara adalah bukti geliat akan reborn IKA yang mulai tumbuh dan menunjukan perannya yang nyata dimasyarakat Adonara. “Salam Gelekat” sepertinya bukan sebatas ucapan kosong, karena perlahan telah berakar dalam makna bakti yang tulus dari anak Adonara untuk anak Adonara dalam bingkai IKA untuk mengiringi perjalanan masyarakat Adonara di Kota Batam, lihatlah bagaimana gesitnya anak-anak muda Adonara Batam ketika menggelar kegiatan “Peduli Adonara” saat banjir bandang dalam menarik sumbangan dari masyarakat Kota Batam, total dana yang didapat senilai Rp. 106.768.300 (Seratus enam juta, tujuh ratus enam puluh delapan ribu, tiga ratus rupiah) dana ini langsung disalurkan tepat sasaran melalui ketua IKA yang turun langsung ke Adonara.
Komunikasi yang professional dari IKA terhadap pemegang kebijakan di kota Batam juga ikut andil sehingga melahirkan beberapa kebijakan kemudahan buat anak-anak Adonara, misalnya warga batam asal Adonara diberi kemudahan yang luar biasa saat mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau pembuatan KK baru akibat keluar dari Kartu Keluarga (KK) induk. IKA juga mendapat harga yang khusus dari Dinas Pendapatan Daerah Batam (Dispenda) untuk penyewaan Advertising board di berbagai jalan protokol di Batam.
Media online IKA yakni “Perkuad Media” telah mendapat kontrak kerjasama dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam sebagai corong pemberitaan segala kegiatan BP Batam, dan saat ini lagi progres untuk kerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemko) Batam.
Dari dunia bisnis entertain, IKA sudah menjadi bagian yang harmoni dengan Pacifik Hotel, kejadian kerusuhan pertama telah membuka mata semua aparat akan kekuatan kebersamaan anak-anak Adonara dalam bingkai IKA, sehingga ketika kerusuhan kedua aparat cenderung diam setelah mengetahui semuanya adalah anak Adonara, proses penyelesaian yang profesional dilakukan oleh ketua IKA bersama owner Pacifik dimana orientasi IKA bukanlah money oriented karena jika bicara uang maka nilai dan harkat IKA hanya sebatas uang dan tentu saja dimata pelaku bisnis akan sangat rendah, mereka akan memandang sebelah mata, dan kedepannya menutup mata karena semua bisa dibeli dengan nilai yang rendah.
Olehnya masalah santunan dan biaya medis pada kejadian pertama dan kedua, IKA lebih cenderung memposisikan diri sebagai fasilitator, biarkan korban dan pelaku serta pihak terkait berembuk untuk menemukan kesepakatan. Dan hasil dari itu, Owner Pacifik merasa nyaman akan segala komunikasi bersama Ketua IKA dan menganggap IKA menjadi bagian dari keluarganya, sehingga langkah selanjutnya adalah bagaimana memberlakukan sebuah keluarga baru dalam makna Gelekat membangun harmonisasi bagi Kota Batam.
Kembali ke frasa ajektif pada awal tulisan.
Kalimat lengkapnya begini ;
“Aldi itu tidak ada apa-apanya, Paguyuban yang dia pegang itu hanya sebatas kecamatan”.
Anda tau kalimat itu dari siapa dan untuk siapa ?
Sebelum saya bahas, mari kita lanjutkan dulu analisa realitas perjalanan IKA yang hampir dua tahun ini.
Di Adonara, umumnya kita kenal ada dua golongan dalam tatanan sosial yakni, golongan pesisir dan golongan pedalaman, golongan watan lolon dan golongan kiwane. Dua kelompok ini cenderung berbeda dalam dialeg bahasa, kalangan pedalaman cenderung lebih halus dari sisi pronounce, sedangkan pada sisi aplikatif budaya lamaholot, golongan pesisir tidak seluas dan sedalam apa yang teraplikasikan oleh golongan pedalaman dalam budaya lamaholot.
Di batam sendiri, golongan pesisir tumbuh dan berkembang dengan caranya sendiri, demikian juga dengan golongan pedalaman, komunikasi kebersamaan dalam wadah paguyuban juga kurang menyatukan mereka (pra reborn IKA) walau secara personal komunikasi ini berjalan.
Nah dengan reborn IKA, anak-anak Adonara baik pada golongan pesisir maupun golongan pedalaman perlahan mulai menampakan kebersamaan dalam satu ikatan bersama IKA.
Perjalanan hampir dua tahun yang IKA lalui memang mengalami kemajuan yang luar biasa dibalik beberapa hambatan internal, hambatan tersebut yakni kurang sigapnya beberapa pengurus inti juga korwil yang mendampingi geliat ketua IKA yang “fast & furious“ sehingga terlihat keteteran, olehnya dukungan dari akar rumput melalui korwil agar dapat dimaksimalkan menjadi saluran sinyal tentang apa yang harus IKA lakukan dari sisi ekonomi, sosial atau pendidikan mengingat Pemko Batam telah membuka diri untuk program bantuan kerjasama dengan IKA melalui dana CSR dan dana sosial serta dana lainnya yang non APBD.
Bagaimanapun ada proses yang berprogres dari seluruh pengurus korwil, walau lambat namun setapak dua tapak telah memberikan andil bagi kekuatan kebersamaan dalam bakti IKA lewat semboyan “Salam Gelekat” olehnya kekuatan yang sudah ada ini dipertahankan lalu masing-masing diri untuk lebih peduli dalam peran yang lebih nyata bagi kebersamaan kita untuk membangun kinerja bakti.
Yang saya khawatirkan adalah, ketika periode kami di IKA selama lima tahun ini selesai dan ketua tidak mau memperpanjang kepemimpinannya di IKA, maka IKA akan kembali mati suri, semua lantaran saya belum menemukan warna dari anak-anak muda di semua wilayah korwil untuk aktif belajar agar bisa mengambil estafet kepemimpinan berikutnya di IKA, pada tataran pengurus inti IKA juga belum ada, memang ada sosok yang tangguh seperti SDM dan HUMAS namun kedua tokoh ini jauh hari sudah memberi sinyal untuk tidak mau mengambil estafet kepemimpinan IKA.
Pada sebuah diskusi santai bersama tokoh intelek lembata, ada ungkapan yang unik yakni, Adonara sudah mewarnai NTT, dalam artian Adonara menjadi realita akan sebuah paguyuban professional yang grow-up nya melampaui semua paguyuban di batam sehingga tidak dipungkiri Adonara menjadi warna akan keberadaan masyarakat NTT di Batam dari sisi profesionalitas dalam berorganisasi melalui paguyuban. Ini adalah pandangan seorang tokoh muda intelek di luar Adonara tentang pencapaian IKA. Hal ini seiring dengan beberapa tokoh intelek Adonara yang secara personal memiliki nama besar di Batam seperti almarhum Haji karim, almarhum Ahars Sulaiman, Bung Bali Dalo, Bung Simon Payong dll.
Kisah unik lainnya dari sebuah sumber yang kredibel dan valid yakni pada sebuah diskusi kecil antara sang sumber yang menemani beberapa tokoh bersama John Kenedi (CEO PANBIL) ada ungkapan kagum dari Pa. John Kenedi yang cenderung ingin mengetahui lebih tentang sosok ketua Adonara yang dalam pendengarannya Adonara telah menjadi paguyuban yang modern dalam polesan seorang anak muda, namun maaf hal ini tidak bisa saya urai secara detail disini.
IKA adalah simbol bangkitnya organisasi paguyuban yang modern dan professional dari kelamnya dunia paguyuban yang umumnya mati suri, lahir dan vakum tanpa kegiatan, kemudian merapatkan diri pada calon kandidat Pilkada saat tahun pemilu hanya untuk kepentingan hegemoni.
Bahkan hal-hal yang menjadi substansi dasar dalam legalitas sebuah paguyuban di batam pada KESBANGPOL, umumnya masih sangat jauh, dan lucunya copy dokumen kelengkapan IKA di Kesbangpol menjadi rujukan bagi paguyuban lainnya dalam proses registrasi di Kesbangpol.
Barita baik dari Kesbangpol lainnya adalah, Insyaallah bulan september tahun ini, dana kegiatan IKA tahun 2022 akan cair.
Terimakasih dan salam hormat, saya akan menutup dengan frasa ajektif bahwa ungkapan :
“Aldi itu tidak ada apa-apanya, Paguyuban yang dia pegang itu hanya sebatas kecamatan”
kalimat ini di ucapkan oleh seorang tokoh Adonara dengan pemikiran yang false (false of mind, selanjutnya saya sebut dengan tokoh false) untuk kepentingan hegemoni.
Ucapan “Aldi itu tidak ada apa-apanya, Paguyuban yang dia pegang itu hanya sebatas kecamatan” ditujukan langsung kepada Wali Kota Batam.
Ucapan tokoh false ini secara psikologi telah menunjukan kelemahan dirinya sendiri akibat ketidakmampuan dalam kredibilitas dan professional dalam membangun komunikasi paguyuban pada tatanan pemerintah, karena dengan reborn IKA maka segala orientasi kepentingan pribadi atas nama masyarakat yang menjadikan Walikota sebagai target seolah terkuak.
Informasi ini kami dapatkan langsung dari Walikota batam, Beliau lalu mengatakan dengan jelas bahwa tokoh false dan tokoh lainnya nilainya bisa di ukur dengan uang.
Hal ini sangat riskan dan cukup memalukan, itupun jika mereka masih memiliki rasa malu, berbeda dengan IKA di mata wali kota, menurut beliau IKA datang secara professional sebagai paguyuban modern dan menunjukan grow-up yang baik tanpa orientasi kepentingan pribadi dalam hal uang.
Sampai disini paham ya.
Salam cinta dalam cahaya tanpa batas, Olehnya nikmatilah hidupmu, berbahagialah, bersukacitalah dalam kuasa dan kedamaian sang pencipta. Adonai. (Jay)
Sumber: Yusuf Bapa Dulhin (Jay)
Editor: Lius Beda Kian