Perkuad-media.id, BATAM – Dengan adanya penggunaan formula baru terkait Upah Minimum Kota (UMK) Batam 2022, tidak memberatkan kalangan dunia usaha yang ada di Batam. Pasalnya, dunia usaha di Batam dalam dua tahun terakhir sudah dihantam badai pandemi Covid-19.
”Kami berharap penghitungan UMK Batam untuk 2022 memang menggunakan aturan baru, yakni PP Nomor 36 Tahun 2021. Semoga tidak memberatkan dunia usaha di Batam,” ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid, Selasa (7/9).
Ia mengatakan, dengan mengacu PP Nomor 36 Tahun 2021, maka penghitungan Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun UMK akan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan. Meliputi paritas daya beli, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan median upah. Karenanya, upah tiap tahun akan memiliki batas atas dan bawah.
”Ada rentang batas atas dan bawah kenaikan UMK Batam tahun 2022 nanti. Variabel yang dipertimbangkan adalah konsumsi per kapita rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja. Lalu, inflasi dan pertumbuhan ekonomi daerah,” sebut Rafki.
Namun, saat ini, pihaknya belum bisa memperkirakan berapa kenaikan UMK tahun 2022, karena belum ada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai variabel-variabel tersebut.
”Sekali lagi, dari sisi pengusaha tentunya berharap kenaikan UMK tahun 2022 ini tidak memberatkan karena situasi yang masih berat masih dialami pengusaha, sebab pandemin Covid-19 masih berlanjut dan perekonomian belum pulih sepenuhnya,” ujarnya.
Pihaknya percaya Dewan Pengupahan Kota Batam akan memutuskan angka yang terbaik dalam situasi dunia usaha yang tidak baik. Ia juga mengimbau, jangan sampai ada demonstrasi akibat tarik menarik besaran nilai UMK 2022. Sebab, hal itu bisa semakin membuat dunia usaha di Batam kian terpuruk.
”Selain situasi yang tidak memungkinkan pengumpulan massa, investor juga masih banyak yang wait and see untuk merealisasikan investasinya tahun ini. Jadi, kita harus memberikan kepercayaan kepada investor agar merealisasikan investasinya yang akan membuka lapangan pekerjaan baru,” kata Rafki.
Mengenai penggunaan komponen kebutuhan hidup layak (KHL) dalam perhitungan UMK, Apindo Batam juga berharap yang sama. ”Karena hitungan kita, kebutuhan hidup layak di Batam masih di bawah empat juta rupiah. Artinya UMK Batam sudah jauh di atas KHL. UMK Batam sudah lama berada di atas KHL, sejak tahun 2014. Malahan kalau memakai KHL sebagai patokan, maka UMK Batam jadi turun atau paling banter tidak ada kenaikan sama sekali,” ungkapnya.