Perkuad-media.id,BATAM – Pulau karimun semenjak ditetapkan menjadi salah satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau banyak menjadi perhatian oleh berbagai pihak, pulau ini selain merupakan tumpuan harapan para pencari kerja juga mendapat perhatian dari para pengusaha maupun pelancong yang datang di Karimun, hal ini sesuai dengan 4 (empat) 4 (Empat) Azam Penggerak Pembangunan Kabupaten Karimun :
Azam Pembangunan Ekonomi yang berdimensi Ekonomi Kerakyatan.
Azam Peningkatan Iman dan Taqwa.
Azam Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
Azam Pengembangan Seni dan Budaya.
Dirangkum cnbkepri.com dari beberapa sumber, di balik sejarah asal muasal penamaan Pulau Karimun yang di ketahui oleh Bapak Raja Masnur di dapat dari cerita secara turun menurun oleh kelaurga mereka.
Menurut beliau sejarah pulau Karimun itu sendiri terdapat 3 Versi :
Asal-usul nama Pulau Karimun ada beberapa versi, Pertama nama Pulau Karimun diberikan oleh pedagang yang berasal dari Gujarat, dengan amannya pulau ini dari bahaya perompak dilaut, maka tidak lama kemudian banyaklah pedagang dari India Selatan datang ke daerah ini, umumnya mereka berdagang permata.
Suatu ketika, ada sebuah kapal yang sedang berlayar di Selat Malaka dihantam gelombang badai, lalu kapal tersebut terdampar disuatu pulau yang sekarang ini pulau tersebut bernama Karimun Kecil. Salah seorang pedagang yang bernama Sech Jalaluddin berada dikapal tersebut, dikarenakan kapal tersebut mengalami kerusakan yang begitu parah sehingga tidak dapat meneruskan pelayaran ke Pulau Jawa dan terpaksa bermalam dipulau tersebut. Sebagai umat Islam yang taat beribadah, Sech Jalaluddin melaksankan Shalat Subuh beserta rombongan, setelah melaksanakan shalat beliau berjalan sambil mengamati alam sekitar di pulau tersebut, dan betapa terkejutnya beliau melihat cahaya yang keluar dari gunung yang ada di tempat itu. Warna Cahayanya yang menakjubkan yaitu kuning keemasan yang belum pernah ia lihat sebelumnya, ketika itu pula ia sujud syukur sambil mengangkat tangannya dan berdoa serta memuji Kebesaran Allah dengan menyebut “ Ya Allah Ya Karim ( Yang Mulia )”. Begitulah asal muasal Pulau Karimun, yang awalnya adalah Karim menjadi Karimun.
Menurut informasi, gunung tersebut oleh masyarakat setempat menyebutnya Gunung Jantan , menurut keyakinan masyarakat setempat gunung Jantan ada penunggunya, yang bernama Panglime Itam, sedangkan istrinya menjaga Gunung Ledang yang berada di Malaysia.
Gunung Jantan banyak menyimpan misteri, disekitar perairan gunung ini terdapat ikan Kertang yang sangat tua dan ditubuhnya tumbuh pepohonan yang banyak tersimpan sarang burung layang-layang (walet) kwalitas terbaik. Disamping itu banyak lagi hasil bumi yang terpendam dibawah Gunung Jantan seperti emas berlian. Oleh karena itu apabila ada penelitian mengenai pasir didaerah ini selalu ditemukan bongkahan emas, namun sayangnya menurut masyarakat setempat harta yang terpendam di gunung tersebut tidak dapat diambil, karena memiliki kekuatan gaib.
Versi yang lain mengatakan bahwa asal usul Pulau Karimun terjadi saat kapal-kapal pedagang dari Gujarat yang melintasi pulau ini kehabisan air, lalu mereka berhenti disuatu pulau, setelah mencari kesana kemari tidak juga ditemukan sumber air untuk mereka minum, Suatu ketika beberapa orang dari mereka melihat sumber air (sumur) yang terletak di tepi pantai dan rasa airnya tidak asin (tawar), setealah mengambil air tersebut pedagang-pedagang terkejut dan heran dikarenakan sumur yang terletak di tepi pantai ternyata airnya tidak asin tetapi tawar dan baik dijadikan air minum. Betapa senang dan bahagianya mereka, lalu merekapun mengucapkan rasa Syukur Kepada Allah SWT “ Ya Allah Ya Karim ( Yang Mulia ). Menurut informan, pada saat air laut pasang sumur tersebut tidak tampak, tetapi pada waktu surut barulah kelihatan, dan hingga sekarang Sumur tersebut sampai sekarang masih ada, Letaknya di Desa Pongkar Kecamatan Meral.
Sedangkan versi yang ketiga mengatakan asal usul nama Pulau Karimun, berasal dari nama sepasang suami istri, namun apakah mereka orang pertma yang datang di pulau ini sehingga nama mereka dapat dijadikan nama pualau tersebut belum dapat dipastikan. Nama suaminya Karim dan Istrinya bernama Maimun. Singkat cerita merekapun hidup bahagia dan disegani dikalangan masyarakat setempat, sampai suatu ketika kehidupan mereka digoyahkan dengan adanya “aib” perselingkuhan istrinya, sehingga suaminyapun murka dan menggampar (istrinya) sehingga jatuhlah istrinya ke laut beserta anakanya, dan di yakini oleh masyarakat sekarang maka terjadilah nama Pulau Karimun Jantan (suami), Karimun Betina (istri) dan Karimun Anak (anaknya).
SEJARAH KABUPATEN KARIMUN
Dahulu, Karimun berada di bawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhannya pada abad ke-13, dan pada masa itu pengaruh agama Budha mulai masuk. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti di Desa Pasir Panjang. Pada masa itu disebutkan Karimun sering dilalui kapal-kapal dagang hingga pengaruh Kerajaan Malaka (Islam) mulai masuk tahun 1414.
Pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, saat itu Sultan Mansyur Syah yang memerintah memberi larangan pada keturunan raja-raja untuk tinggal di Malaka, dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil, lalu muncullah kerajaan Indrasakti, Indrapura, Indragiri, dan Indrapuri. Sementara itu banyak rakyat Malaka yang tinggal berpencar di pulau-pulau yang berada di Kepulauan Riau termasuk Pulau Karimun. Sejak kejatuhan Malaka dan digantikan perannya oleh kerajaan Johor, Karimun dijadikan basis kekuatan angkatan laut untuk menentang Portugis sejak masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah I (1518-1521) hingga Sultan Ala Jala Abdul Jalil Ri’ayat Syah (1559-1591).
Pada kurun waktu 1722-1784, Karimun berada dalam kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga dan pada masa itu daerah Karimun, terutama Kundur dikenal sebagai penghasil gambir dan penghasil tambang (seperti : timah, granit, dll) dan Karimun berkembang menjadi daerah perdagangan serta mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Raja Ali Haji.
Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, Kerajaan Riau-Lingga dan Kerajaan Melayu dilebur menjadi satu sehingga semakin kuat dengan wilayah kekuasaan meliputi Kepulauan Riau, daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai District Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder District Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau-Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yang dibagi menjadi 2 (dua) Afdelling, yaitu : Afdelling Tanjungpinang dan Afdelling Indragiri.
Berdasarkan Surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No. 9/Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi 4 (empat) kawedanan sebagai berikut .
Kawedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan
Kawedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro
Kawedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang
Kawedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 No. 524/A/1964 dan Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965, tanggal 15 November 1965 No. UP/256/5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kawedanan dalam kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan.
Pada tahun 1999, berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999 Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Natuna. Akhirnya, Karimun diresmikan sebagai kabupaten yang berdiri sendiri dengan terdiri dari 3 (tiga) wilayah kecamatan, 6 (enam) kelurahan, dan 24 (dua puluh empat) desa.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2001, Kabupaten Karimun dimekarkan menjadi 7 (tujuh) wilayah kecamatan dengan 19 (sembilan belas) kelurahan dan 25 (dua puluh lima) desa. Setelah itu Karimun mengalami pemekaran menjadi 9 kecamatan dengan 22 (duapuluh dua) kelurahan dan 32 (tigapuluh dua) desa.
Pada Tahun 2012, berdasarkan Perda No. 02 Tahun 2012, bulan Juli 2012, wilayah Kabupeten Karimun kembali mekar menjadi 12 (dua belas) kecamatan, dengan 42 (empat puluh dua) desa dan 29 (dua puluh sembilan) kelurahan.
(Cnbkepri